Intangible Asset
Kerja publik mesti berprinsip keterbukaan dan tanggungjawab terhadap
publik.
(Kalau kerja pribadi atau urusan pribadi Anda mah bukan urusan publik, bukan urusan saya).
Suatu kegiatan dikatakan publik karena sudah diumumkan ke publik, dan akan membuat publik berpartisipasi: ada yg secara moral, spiritual maupun material. Maka khusus untuk pertanggungjawaban material inilah dilakukan prinsip transparansi (mudah akses informasi) dan akuntabilitas (tanggung gugat).
Dalam sistem kerja publik yang sudah sepakat transparan-akuntable, Justru bintik gelap dikit aja akan tampak secara sesuatu bangetttt. Karena apa? Karena tolok ukurnya jelas. Kapan mulai kerja, kapan selesai, kapan mulai lagi, kapan selesai lagi dst. Berapa dana yg terserap pada tiap tahap dst.
Justru dari situ, kompetensi yang didasari "intangible assets" kita teruji. kredibilitas Anda meningkat, "intangible assets" Anda berpendar.
"Intangeble Assets" diserukan oleh Pak Prof Rhenald Kasali. Mari biasakan kerja dengan kebenaran, agar terbentuk "intangible asset", yaitu asset yang tidak tampak, tidak bisa dirupiah namun ada dan menentukan hidup. Intangible assets" ialah: "spiritualitas, kesantunan, keterbukaan, "fairnes" ketekunan, kerajinan, kejujuran, bisa dipercaya, tepati janji, ketulusan, kesehatan badan dan jiwa (mengandaikan keteraturan pola makan-minum-hirup sehat, keseimbangan istirahat, kerja, studi, olahraga, doa, sakramen, refleksi), kebenaran, niat memuaskan pelanggan, bisa minta maaf jika salah, bisa tahu diri, positif thinking, pendek kata: kasih yg besar demi kebahagiaan orang lain dan Allah (others oriented, God centered).
Itu semua ada dalam diri kita sendiri dan harus ditumbuhkan dengan kuat", Kata pak Prof Rhenald Kasali yg umat paroki Kampung Sawah itu. Inilah yg wajib. ditumbuhkan di hati dan pikiran OMK, begitu kata beliau di depan para pengkader OMK, April 2010. Semua kompetensi dijamin jika orang punya "intangible assets" ini.
Kita ini pengelola saja, bukan pemilik, dan tidak berhak untuk merasa berhak memiliki. Kita baca Mazmur 24:1, yang membuat kita tahu bahkan tidak satu atom dan sel pun yang bukan milik-Nya. St Paulus bertanya, apa ada dari dirimu yang bukan pemberian? Semuanya pemberian, maka harus dipakai sesuai maksud Sang Pemberi dan dipertanggungjawabkan. Kita hanya pengelola, dan nanti pada saat yang tidak kita tahu akan ditagih oleh pemilik. Karena semua milik-Nya, maka kita pekerjanya mesti memakai milik-Nya yg dipercayakan pada kita sesuai kehendakNya yaitu memakai dengan benar, demi kebahagiaan Dia Sang Pemilik.
Semua orang berjiwa besar dalam sejarah Gereja maupun negara-negara menghayati "intangible assets" dalam pekerjaannya.
Ayo bergegas. Berkat Tuhan.
disarikan dari renungan malam Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr kepada para panitia IYD 2012
(Kalau kerja pribadi atau urusan pribadi Anda mah bukan urusan publik, bukan urusan saya).
Suatu kegiatan dikatakan publik karena sudah diumumkan ke publik, dan akan membuat publik berpartisipasi: ada yg secara moral, spiritual maupun material. Maka khusus untuk pertanggungjawaban material inilah dilakukan prinsip transparansi (mudah akses informasi) dan akuntabilitas (tanggung gugat).
Dalam sistem kerja publik yang sudah sepakat transparan-akuntable, Justru bintik gelap dikit aja akan tampak secara sesuatu bangetttt. Karena apa? Karena tolok ukurnya jelas. Kapan mulai kerja, kapan selesai, kapan mulai lagi, kapan selesai lagi dst. Berapa dana yg terserap pada tiap tahap dst.
Justru dari situ, kompetensi yang didasari "intangible assets" kita teruji. kredibilitas Anda meningkat, "intangible assets" Anda berpendar.
"Intangeble Assets" diserukan oleh Pak Prof Rhenald Kasali. Mari biasakan kerja dengan kebenaran, agar terbentuk "intangible asset", yaitu asset yang tidak tampak, tidak bisa dirupiah namun ada dan menentukan hidup. Intangible assets" ialah: "spiritualitas, kesantunan, keterbukaan, "fairnes" ketekunan, kerajinan, kejujuran, bisa dipercaya, tepati janji, ketulusan, kesehatan badan dan jiwa (mengandaikan keteraturan pola makan-minum-hirup sehat, keseimbangan istirahat, kerja, studi, olahraga, doa, sakramen, refleksi), kebenaran, niat memuaskan pelanggan, bisa minta maaf jika salah, bisa tahu diri, positif thinking, pendek kata: kasih yg besar demi kebahagiaan orang lain dan Allah (others oriented, God centered).
Itu semua ada dalam diri kita sendiri dan harus ditumbuhkan dengan kuat", Kata pak Prof Rhenald Kasali yg umat paroki Kampung Sawah itu. Inilah yg wajib. ditumbuhkan di hati dan pikiran OMK, begitu kata beliau di depan para pengkader OMK, April 2010. Semua kompetensi dijamin jika orang punya "intangible assets" ini.
Kita ini pengelola saja, bukan pemilik, dan tidak berhak untuk merasa berhak memiliki. Kita baca Mazmur 24:1, yang membuat kita tahu bahkan tidak satu atom dan sel pun yang bukan milik-Nya. St Paulus bertanya, apa ada dari dirimu yang bukan pemberian? Semuanya pemberian, maka harus dipakai sesuai maksud Sang Pemberi dan dipertanggungjawabkan. Kita hanya pengelola, dan nanti pada saat yang tidak kita tahu akan ditagih oleh pemilik. Karena semua milik-Nya, maka kita pekerjanya mesti memakai milik-Nya yg dipercayakan pada kita sesuai kehendakNya yaitu memakai dengan benar, demi kebahagiaan Dia Sang Pemilik.
Semua orang berjiwa besar dalam sejarah Gereja maupun negara-negara menghayati "intangible assets" dalam pekerjaannya.
Ayo bergegas. Berkat Tuhan.
disarikan dari renungan malam Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr kepada para panitia IYD 2012
Comments
Post a Comment
Thank you for visiting this blog. Please leave your comment here, regards.