Seni Rajut Tangan Yang Bisa Mendatangkan Rajutan Uang

Berawal dari pendidikan di SGKP (Sekolah Guru Kepandaian Putri) Jurusan Kerajinan, secara otodidak, Helena Daliyah (69th), merajut menjadi hobi yang ditekuninya. Setelah vakum selama kurang lebih 40 tahun, Oma 3 cucu ini mengajarkan para Ibu merajut secara gratis.

Saat Gestok di Tanjungkrang, Lampung, Helena memutuskan untuk pindah ke Jakarta pusat pada tahun 1973 mengikuti suaminya yang bekerja di BAKN (sekarang BKN, badan Kepegawaian Negara -red). Helena pun merintis modeste di rumah dan mengikuti kursus designer dengan jurusan konveksi pada tahun 1982/1983. Sekitar tahun 1990, Ibu 2 anak ini memiliki konveksi yang mengerjakan baju seragam dari kantor pemerintahan antara lain BKN, dan Transmigrasi.


Beberapa tahun menangani konveksi di Jakarta, Helena dan keluarganya pindah ke Bogor. Di rumah barunya, Helena sempat menganggur. Setahun kemudian, suaminya pensiun. Hal itu membuat Helena tidak bisa tinggal diam. Manik-manik menjadi kegiatan sehari-hari di rumah hingga pada tahun 2009, ia bertemu dengan Oma Anneke dan Oma Pauline di Katedral yang sedang merajut. Di kelompok inilah Helena menimba ilmu, menambah teman dan menyalurkan hobi yang sempat terpendam lama.


Mendirikan BeVanLy
Setahun bergabung di kelompok merajut para Oma, Helena memberanikan diri untuk membuka tempat belajar merajut di rumahnya yang dinamakan BeVanLy. Nama ini tidak sembarang diciptakan, karena memiliki makna dan maksud yang kuat sekalipun terlihat sederhana. “Nama ini saya ambil dari nama tiga cucu saya, Benediktus, Stevanus, dan Andreas Billy Nugroho,” terang Oma yang masih terlihat semangat di usianya yang sudah tak lagi muda.

BeVanLy, nama yang mudah diingat ini memiliki arti tersendiri bagi Oma dalam menjalani aktivitas sehari-hari. “Nama-nama cucunya itu menjadi penyemangat tersendiri, dan untuk menunjukkan bahwa saya sangat menyayangi mereka,” ungkap Helena.

Merajut tidak hanya sekedar menyalurkan hobi bagi mereka yang belajar di BeVanLy, tapi juga bisa membantu menambah penghasilan, tentunya dengan menjual hasil karyanya. Untuk harga yang ditawarkan pun bervariasi, mulai dari puluhan ribu sampai ratusan ribu. Biasanya yang harganya puluhan ribu rupiah merupakan jenis syal, topi, tempat rosario, tempat botol, dll. Sedangkan yang harganya bisa menyentuh harga ratusan ribu biasanya berupa rompi rajut, baju rajut, dll.
“Harganya mahal bukan sekedar ingin mendapatkan keuntungan yang banyak lho, tetapi kita lihat dari jenis benang yang digunakan dan tingkat kesulitan ketika merajut baru kita bisa menentukan harga jualnya”, ujar oma yang sudah sering mengadakan pameran rajut ini.

BeVanLy sampai saat ini masih memberikan pembelajaran merajut secara gratis dengan sasaran ibu-ibu rumah tangga di sekitar rumahnya. Tapi memungkinkan juga bagi mereka yang memang ingin belajar merajut di Rumah Rajut BeVanLy yang terletak di Taman Kenari Blok C3/3A, Cimahpar, Bogor Utara. (ami/adt)

Comments