Menjaga Keseimbangan Hidup

Kehidupan ini ternyata memiliki pelbagai tuntutan yang harus diatasi. Mengatasinya bagaikan memainkan trik bola dalam suatu permainan sirkus, dan, seperti pemain bola dalam sirkus, hampir semua orang -termasuk saya- harus tetap mempertahankan keseimbangan gerakan sejumlah bola agar bola-bola tersebut tetap melayang di udara pada waktu yang sama.

Ada tiga tuntutan kehidupan yang mesti saya atur, dan sangat penting. Kehidupan kerja, kehidupan rumah tangga, dan kehidupan tentunya kehidupan pribadi saya. Kenyataannya, ketiganya jarang sekali berada dalam harmoni.

Kalau saya bisa mengatasi dua dari tiga hal tersebut, boleh jadi saya beehasil. Tapi, kalau dua hal saja menimbulkan masalah, saya merasa hampir seluruh tenaga saya habis untuk mengatasi masalah tersebut. Akhirnya, waktu saya sangat berkurang untuk diri sendiri, apalagi untuk meninjau ulang soal bagaimana saya mengatur diri saya sendiri.

Mungkin saya memikul terlalu banyak tanggung jawab. Mungkin. Ada banyak orang yang memang mau menerima tugas atau pekerjaan dengan senang hati. Termasuk saya. Tapi, ketika akhirnya banyak beban bertumpuk, itu artinya saya punya lebih banyak pekerjaan yang harus saya tangani dibandingkan dengan yang sebetulnya saya inginkan.

Yang lebih parah lagi adalah ketika saya akhirnya gagal melaksanakan tugas atau pekerjaan terasebut. Pernah? Pernah juga. Saya pun kebingungan sendiri. Karena mereka -pemberi kepercayaan- bisa saja bersikap tanpa ampun. Lalu saya merasa seolah-olah hidup tidak adil. Aneh ya? Hehe...

Kenapa bisa sih waktu ada kerjaan diterima semua? Nyatanya waktunya gak sebanyak yang saya pikir, bahkan untuk satu tugas atau pekerjaan saja bisa membuat 1x24 jam terasa kurang. Sampai akhirnya saya menemukan, bahwa salah satu kelemahan saya adalah tidak pandai mengatakan tidak pada suatu tawaran tugas atau pekerjaan. Yang ditawarkan memang sesuai dengan kemampuan yang saya miliki. Memang sih. Tapi ya itu tadi, akhirnya saya tidak bisa mengatur diri dengan baik.

Lalu saya coba merenung-renungkan lagi, apakah semua itu dipaksakan terhadap saya, atau apakah semua itu saya ciptakan sendiri karena saya merasa bahwa orang lain mengharapkan saya?

Comments