ikhlas

kadang, apa yang kita lakukan belum tentu baik di mata orang lain. sekalipun perbuatan itu tidak menimbulkan kejahatan yang cukup berarti dan signifikan sehingga memberikan kerugian bagi orang lain. namun, tidak selalu hal baik memberikan feedback yang baik pula. justru, kebaikan malah bisa dimanfaatkan untuk melakukan kejahatan.

aku tidak pernah mengalami hal yang horror semacam itu. tapi sekali waktu, aku pernah merasa terpaksa ketika hendak membantu sekelompok mahasiswa saat mencari dana. sepele mungkin, hanya karena misskomunikasi. tapi, rasanya itulah yang membuatku merasa terpaksa.

dan akhirnya, karena mereka juga rasarasanya tidak tahu harus bagaimana, (atau mungkin tidak biasa), maka saat itu, akulah yang harus bertanggungjawab dengan membayar semua pesanan barang - yang sebenarnya sudah aku batalkan - dari mereka. tapi, dengan alasan tidak punya pulsa (again), mereka baru mengabari bahwa pesanan sudah terlanjur dipesan.

alhasil, tekor di akhir bulan nih.

kebetulan ada di gereja, dan bertemu banyak orang. aku pun sudah malas untuk menjualnya lagi. maka, dengan menghela nafas dan senyum sedikit, kutawarkan barangbarang tersebut. ada yang kubagikan, ada yang membayar seikhlasnya. sisanya, aku bawa pulang. dan kunikmati sendiri. malamnya, aku tetap bisa tidur  nyenyak tanpa kepikiran jadi miskin karena harus bertanggungjawab terhadap 25 bapao babi.

paling tidak, aku masih berbagi. nyatanya, aku memang bisa mengikhlaskan apa yang sudah terjadi. atau terlalu bodoh? ah, sudahlah, sudah lewat, dan aku mau istirahat, menikmati bapao babi yang tersisa 5 buah di rumah.

Comments