bubur ayam kuah

hari sudah menjelang siang. cacing-cacing di perut nampaknya mulai bergoyang. ternyata nasi kuning pemberian sriwijaya air tadi pagi hanya bertahan 3 jam saja. untungnya, tadi sempat mampir menenggak jus mangga (meski beraharap alpukat), sehingga perut sedikit kencang. tapi, sekarang sudah hampir jam makan siang, dan para suster di dapur itu belum selesai menyediakan makan siang. maka aku dan rm. santo memutuskan untuk keluar (jalan-jalan), entah kemana.

sebenarnya, rm. santo butuh atm BCA, yang setahuku hanya bisa ditemui di kota, yang tak jauh dari bandara. kalau di sini, yang terlihat hanya bri dan bni. di depan susteran ada pom bensin, dan ada atm juga, ya itu tadi, bri dan bni. berharap ada angkutan umum yang bisa membawa kami entah ke mana yang mungkin ada tempat makan, tapi hingga kami nampak seperti orang nyasar, angkutan umum tidak muncul juga. sekalinya muncul, angkutannya penuh oleh anak-anak pulang sekolah, duduknya berhadap-hadapan seperti angkutan biasanya, hanya mobil ini lebih kecil, mungkin seukuran carry.

"ayo, mbak, 3 orang!" seru pak supir. aku sudah hampir menyeberang untuk naik, tapi, "gak usahlah," mendadak rm. santo membatalkan. aku juga gak yakin mau naik sih...hehehe...

akhirnya kami jalan kaki mencari, siapa tahu ada tempat yang lumayan enak untuk makan. eh, tempatnya atau makanannya ya? yah, setidaknya dua hal itu terpenuhi. tidak lama kemudian, tak jauh kami berjalan, selepas pom bensin, nampak penjual bubur barokah di pinggir jalan. sudah sepi, karena sudah siang, dan bubur biasanya untuk sarapan. makan siangnya bubur? gak apa-apa lah ya, yang penting keisi dulu, daripada krocokan sampe sore.

"bubur dua ya mbak, yang satu gak pake ayam," aku pesan ke mbak penjaja. jelas yang gak pake ayam itu pasti rm. santo, karena sampai sekarang dia masih menjadi vegetarian. itu benar lho. sungguh-sungguh. kami pesan minum es jeruk. pasti segar diminum kala panas seperti ini.

bubur kami sudah siap. bubur pada dasarnya sama. kekuatannya ada di bumbu. tapi, bubur barokah di jl. arrahman (dulunya pancasila) ini, nampak beda. atau memang seperti ini ya, dan aku baru tahu? ah, intinya, bubur ini ya beda dari yang biasanya aku makan. di dalam mangkuk bubur, ada ayam, emping (aduh, lupa bilang kalo gak mau pake), dan bawang goreng. di mangkuk terpisah (nah, ini yang beda) disiapkan kuah, seperti kuah pangsit ditaburi daun bawang. tambahannya adalah kacang dan ikan teri. biasanya, kaldu bubur langsung disiram di bubur dan warnanya kuning dan terihat berminyak karena campuran minyak sayurnya. tapi kalo yang aku makan ini, warna kuahnya seperti soto, atau mi pangsit. dan kuahnya itu disiramkan ke bubur. jadinya sih sama saja, bubur akan mengental dan berbumbu. yang menggelitik lagi, karena ada tambahan ikan teri, yang bisa ditaburi sesuai selera. rasanya sama, dan pastinya bumbu utama seperti cabai dan lada harus ikut serta. rasanya aneh juga, makan bubur di tengah siang panas begini. malah jadi kepingin makan bakso kuah pedas. =)

Comments