"Aku Nyontek Desainmu, ya!"

Aku baru datang, masih ngantuk meksipun di motor sudah sempat tertidur (don't try this!). Malam Sabtu (8/12/2012), aku sudah janji ikut pertemuan para ibu Wanita Katolik di Gerejaku, St. Thomas Kelapa Dua. Mereka mau membahas rencana penerbitan newsletter mereka, Vox Femine, edisi berikutnya. Belum sempat aku duduk, Bu Kristin, guru Bahasa Indonesia yang baru saja menyelesaikan S2-nya, tiba-tiba memberitahu.

"Ami, aku nyontek desain Vox untuk lomba lho...", katanya.
"Juara dua lagi, Mi!!" teriak Yane, pemimpin redaksi Vox Femine.
"Asiikk....gimana tuh ceritanya?" tanyaku penasaran.

Jadi, ada lomba membuat buletin sekolah yang diadakan se-Jakarta. Sekolah Bu Kristin menjadi salah satu peserta lomba. Dia dan 4 muridnya mendesain buletin sesuai arahan pendamping lomba, yang berprofesi jurnalis. Dengan waktu yang sangat mepet (hanya 3 hari), Bu Kristin yang menurut ceritanya sempat kebingungan, akhirnya mengambil Vox Femine edisi terakhir (September - November 2012) untuk mencari tahu kira-kira mau buat seperti apa. Dia membuat buletin untuk dilombakan mirip dengan desainku itu. Posisinya, isinya, jumlah kolomnya, dan lain-lainya.

Semua ibu tertawa, ketika dia bilang, "Aku gak pernah ngematke (memperhatikan - red) Vox, sekarang aku perhatikan betul satu-satu," tuturnya sembari tertawa.

Jam 2 pagi, hari Senin kemarin, saatnya dikumpulkan ke Slipi (tempat panitia). Setelah dijadikan PDF dan diprint berwarna, Bu Kristin mengumpulkan hasilnya itu. Sedikit mengejutkan karena ternyata ada beberapa hal yang belum dicek ulang, seperti foto yang ternyata kurang satu, dan margin kolom yang ternyata belum sempat dirapikan. Tapi karena sudah tidak mungkin lagi, akhirnya apa adanya dikirimkan ke panitia.

Hari Rabu, saat sesi lanjutan workshop diadakan, hasil karya buletin dari 35 peserta ditampilkan. Punya Bu Kristin, yang warnanya pink, diletakkan di pinggir kiri atas. Waktu itu dia berharap bisa mendapakan minimal juara harapan. Tapi, ternyata tidak, namanya dan sekolah disebut sebagai juara kedua. Bukan main senangnya, mendapat piala besar dan uang satu juta rupiah. Uang itu dibagi kepada 4 muridnya, untuk menduplikasi piala dan membei flashdisk. Murid-muridnya juga senang, bisa membawa piala besar ke rumahnya, meski hanya duplikat saja, karena yang asli harus ada di etalase kaca sekolah.

"Jadi udah bisa bantu bikin newsletter nih, Bu," candaku.
"Iya lo....haha...orang gw lagi di jalan, dia sms, gw mau ikut lomba ambil desain Vox ya, kata gw, sekarepmu (terserah kamu)!" tutur Yanne.
"Biasanya kan dia cuma kirim email aja, gak pernah tahu bagaimana prosesnya, sekarang ngerasain dia gimana kalo ngerjain desain mepet-mepet," kata Is, salah satu pengurus WK.
"Iya, ya begitu si Ami ribetnya kalo lo kirimnya mepet-mepet," tambah Yanne.

Aku tertawa, senang melihat mereka begitu gembira, tentang hal yang baru saja dilalui salah satu anggotanya. Banyak hal yang dipelajari Bu Kristin dalam proses pembuatan buletin sekolah, yang rencananya akan dilanjutkan di sekolahnya. Mulai dari mengumpulkan orang, memikirkan isi, mendesain, menyesuaikan warna dan posisi, membuat PDF (dia baru tahu PDF setelah membuat buletin, dan serentak kita semua tertawa, termasuk dia), dll.

Aku, boleh kan berbangga, karena yang aku kerjakan bisa berguna buat orang lain, apalagi ibu-ibu itu. =)
Sejak 2010 aku membantu mereka untuk newsletter 3 bulanannya. Sampai sekarang, kerja sosial dengan mereka itu, tidak pernah membuatku jenuh, bosan, bahkan berpikir komersil. Yah, salah satu kisah yang tadi itulah yang membuatku merasa nyaman ada di antara mereka.

"Makasih, lo, Mi..."

Dan kata-kata itu cukup membuatku semangat.

Comments

  1. ngookk.. dan dunia akan mengirimkanmu beberapa kali satu juta dalam bentuk berbeda. haha!

    ReplyDelete
  2. ahahahaha.....tidak mau penasaran.... nanti jadi ngarep....mau menikmati yang sekarang saja, sambil berdoa tentang cita-cita... =)

    ReplyDelete

Post a Comment

Thank you for visiting this blog. Please leave your comment here, regards.